Posted in

Inilah Rempah-rempah Dapur yang Bisa Jadi Obat Alzheimer

Inilah Rempah-rempah dapur yang bisa jadi Obat Alzheimer

Inilah rempah-rempah dapur yang bisa jadi obat Alzheimer.

Para ahli yakin mereka telah mengidentifikasi senyawa kimia dalam tanaman herbal tertentu yang dapat membantu meringankan atau mencegah penyakit Alzheimer.

Namun, sebelum ada yang mencoba membeli rempah-rempah tersebut, ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan.

Para peneliti dari Scripps Research Institute mengidentifikasi senyawa yang disebut asam karnosat, yang banyak terdapat pada rosemry dan sage.

Para ahli menyimpulkan bahwa senyawa tersebut dapat terbukti terapeutik untuk gangguan neurodegeneratif, termasuk penyakit Alzheimer.

Asam karnosat mengandung “sifat antioksidan dan anti inflamasi yang mencolok,” tulis para peneliti.

“Dalam penelitian ini, kami mengamati bahwa pemberian obat ini kepada tikus yang mengalami penyakit mirip Alzheimer tingkat lanjut secara signifikan meningkatkan jumlah neuron, serta jumlah sinapsis atau koneksi antara sel-sel otak,”

Para ahli menambahkan, “Obat ini juga mengurangi peradangan yang disebabkan oleh terapi antibodi anti amiloid saat ini. Kami juga mengamati peningkatan dalam perilaku belajar dan memori tikus yang menerima obat tersebut.”

Benerjee dan Lipton juga mencatat bahwa asam karnosat adalah “obat awal”, yang berarti obat terbentuk tidak aktif pada awalnya. Tetapi setelah memasuki tubuh, obat tersebut diaktifkan oleh stres oksidatif dan inflamasi.

Ia secara khusus menargetkan sel-sel yang mengalami stres oksidatif dan inflamasi, tanpa memenuhi sel-sel otak yang sehat dan normal,” kata Banerjee.

“Hal ini menjadikannya pilihan yang aman untuk terapi.”

Para ahli sepakat bahwa asam karnosat berpotensi memperbaiki peradangan yang umumnya terjadi pada sebagaian besar otak yang menua.

Baca juga: Pertolongan Pertama pada Gejala Stroke Ringan

Namun, ada peringatannya.

Courtney Kloske, direktur keterlibatan ilmiah untuk Alzheimer’s Association yang berpusat di Chicago, mengatakan bahwa penelitian yang didasarkan pada model tikus Alzheimer dapat membantu tetapi tidak konklusif.

Model penting untuk membantu kita memahami biologi dasar penyakit, tetapi kita memerlukan penelitian manusia pada populasi yang reprensentatif agar gagasan tersebut dapat divalidasi sepenuhnya,” ucap Kloske.

“Oleh karena itu, meskipun ini merupakan temuan yang menarik, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami dampak dan hasil senyawa ini pada orang yang hidup dengan, atau berisiko terkena, Alzheimer.”

Memasak sage dan rosemary tidak akan memberikan efek anti inflamasi sepenuhnya, Banerjee dan Lipton menekankan.

“Yang terpenting, seseorang tidak dapat mengonsumsi cukup banyak herbal dengan aman untuk menghasilkan efek yang sama seperti obat baru kami.” ucap Banerjee.

Klose menyarankan bahwa, pada titik ini, “tidak seorang pun boleh mengonsumsi ramuan ini ( atau asam Karnosat) untuk mencegah atau mengobati Alzheimer atau gangguan kognitif lainnya.”

Dr. Lee Murray, seorang ahli saraf di Jackson, Tennesse, menyuarakan kekhawatiran Kloske.

“Sebelum pasien mulai memasukkan rosemary dan sage dalam setiap hidangan yang mereka makan, kita perlu mengingat bahwa penelitian ini persifat pra klinis,” kata Murray.

“Saat ini belum ada cukup bukti klinis untuk merekomendasikan rosemary dan sage sebagai terapi standar untuk demensia Alzheimer.”

Namun, Murray mengatakan data tersebut “menggembirakan” dan membuka pintu bagi jalur tambahan untuk terapi potensial.