Jamur Mematikan di makam ‘terkutuk’ Tutankhamun dapat membantu melawan kanker
Jamur beracun di balik “kutukan” makam Tutankhamun dapat melawan kanker, demikan temuan para ilmuan.
Aspergillus flavus, jamur yang ditemukan tumbuh di makam yang tertutup rapat, dapat memicu masalah pernapasan yang mematikan atau reaksi alergi pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah.
Diperkirakan ia ikut bertanggung jawab atas kematian beberapa orang yang memasuki makam, termasuk makan Tutankhamun pada tahun 1923, dan makam raja Polandia abad ke-15 Casimir IV Jagiellon pada tahun 1973.
Kini para ilmuan telah menemukan bahwa spora mematikannya juga mematikan leukemia dan berharap untuk memulai pengujian pada hewan, sebelum akhirnya beralih ke manusia.
“Alam telah memberi kita apotek yang luar biasa ini, kini giliran kita untuk mengungkap rahasianya,” kata Sherry Gao, seorang profesor madya di bidang teknik kimia dan biomolekuler di Universitas Pennsylvania.
Ia menambahkan: “Jamur memberi kita penisilin. Hasil menunjukkan bahwa masih banyak obat yang berasal dari bahan alami yang masih harus ditemukan.”
Baca juga: FDA Setuju Pil Baru untuk Kanker Paru-Paru Langka
Aspergillus flavus dapat hidup dalam kondisi tidak aktif selama berab-abad, dan baru aktif kembali setelah terganggu. Bakteri ini diketahui tumbuh pada sereal, yang sering kali disegel di dalam makam sebagai barang-barang kuburan.
Setelah para arkeolog membuka makan Turankhamun, serangkaian kematian mendadak di antara tim penggali- termasuk Lord Carnarvon, pelindung pengalian asal Inggris, George Jay Gould, sang pemodel, dan Arthur Mace, sang Egyptologist- memicu rumor tentang kutukan firaun.
Namun, para ahli kemudian berteori bahwa itu bisa jadi adalah jamur, yang mungkin telah tertidur selama ribuan tahun.
Pada tahun 1970-an, belasan pelestari lingkungan memasuki makam Caimir IV di Polandia dan dalam beberapa minggu, 10 dari mereka telah meninggal.
Penyelidikan selanjutnya mengungkapkan bahwa makam tersebut berisi Aspergillus flavus.
Dalam studi baru tersebut, para ilmuan mempelajari selusin strain Aspergillus untuk melihat apakah mereka menghasilkan sesuatu yang dapat digunakan kembali sebagai obat.
Mereka menemukan molekul-molekul ampuh yang dapat melawan kanker, yang mereka beri nama asperigi,ycin.
Bahkan tanpa modifikasi, asperigimisin menunjukkan potensi medis yang kuat terhadap sel leukemia.
Baca juga: Mitos Tentang Kanker Kulit yang Perlu Kamu Ketahui
Ketika para peneliti menambahkan molekul yang ditemukan dalam royal jelly-zat yang memberi nutrisi pada lebah yang sedang berkembang- aseperigimycin, dua obat yang olah digunakan selama beberapa dekade untuk mengobati leukemia.
Melalui percobaan lebih lanjut, para peneliti menemukan bahwa asperigimycin tampaknya bekerja dengan menggangu proses pembelahan sel kanker.
“Sel kanker membelah secara tak terkendali,” imbuh Dr, Gao. “Senyawa ini menghambat pembentukan mikrotubulus, yang penting untuk pembelahan sel.”
Tim tersebut juga menemukan bahwa sifat-sifat melawan kanker tampaknya hanya bekerja pada leukemia, dan hanya memiliki sedikit atau tidak berpengaruh pada kanker lain selain kanker payudara, hati atau paru-paru.
Para peneliti mengidentifikasi gugus gen serupa pada jamur lain, yang menunjukkan bahwa masih ada banyak obat potensial dari jamur yang harus ditemukan.
Hal ini menunjukkan bahwa pengobatan alami untuk kanker individu mungkin sudah ada di alam dan para ilmuwan tertarik untuk meneliti apakah jamur lain juga menghasilkan molekul serupa.
“Meskipun hanya sedikit yang ditemukan, hampir semuanya memiliki bioktivitas yang kuat,” kata Quiuyue Nie, dari departemen teknik kimia dan biomolekuler di Universitas Pennsylvania.
“Ini adalah wilayah yang belum dieksporasi dengan potensi yang luar biasa.”
Jamur mematikan di makam ‘terkutuk’ Tutankhamun dapat membantu melawan kanker.